A.
PROSES KERJA
- Persiapan Pekerjaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan perawatan dan
pemeriksaan system pengapian konvensional terlebih dahulu kita mempersiapkan
alat dan bahan yanga akan kita gunakan:
Alat: a. multi
tester(AVOmeter)
b.
Fuller gauge
c.
Timing ignation
d.
Tacho meter
e.
Kunci ring (19)
f.
Kunci kombinasi atau kunci T (12)
g.
Obeng +
h.
Obeng –
i.
Hydrometer
j.
kompresor
- Aspek Keselamatan Kerja
a.
Sebagai peserta Prakerind harus datang 15 menit lebih
awal sebelum pekerjaan di mulai.
b.Peserta Prakerind harus mempunyai
pemikiran keselamatan kerja.
c.
Harus meminta petunjuk kepada pembimbing bila ada
kesalahan atau kesulitan
d.
Melaporkan pada pembimbing bila ada kerusakan.
e.
Menelit setelah selesai bekerja terutama alat-alat yang
telah digunakan.
f.
Setelah selesai bekerja peserta harus mambersihkan
tempat dan alat-alat yang telah di gunakan.
g.
Bila membuang sampah harus pada tempat yang telah di
sediakan.
h.
Tidak bercanda atau bergurau ketka masih dalam
lingkungan bengkel.
i.
Mentaati segala peraturan-peraturan yang telah di
terapkan di bengkel dengan bijaksana dan tanggung jawab.
- Pemeliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
a.
Pekerja diharuskan setelah bekerja membersihkan
tempat-tempat bekerja yang di kerjakan pada waktu dikerjakan itu.
b.
Merawat dan menjaga lingkungan kerja.
c.
Baranang-barang bekas setelah tidak digunakan atau
terpakai harus dipendam supaya tdak menmulkan pencemaran.
d.
Tempat bekerja harus dibersihkan.
- Gambar Kerja
Gambar.21 Rangkaian sistem pengapian.
- langkah kerja
a.
Pemeriksaan pada saat mesin dingin
1)
baterai
a)
lepas kabel negative terlebih dahulu, kemudian lepas
kabel positifnya.
b)
Angkat kontak baterai tegak lurus ke atas, jika miring
elektroit akan mengalir keluar, posisilkan kedua tangan di bawah kotak baterai
Gambar. 22 Mengangkat baterai yang benar.
c)
Bila terminal baterai berkarat atau berkerak, bersihkan
menggunakan air hangat / lap, kemudian terminal di amplas / di sikat
menggunakan sikat kawat agar arus dari baterai dapat disalurkan dengan sempurna
tanpa ada halangan dari karata atau kerak tersebut
Gambar. 23 Membersihkan bateraui menggunakan lap bersih.
Gambar. 24 Pemeiksaan kerak baterai.
Gambar. 25 Membersihkan kerak baterai menggunakan sikat kawat.
d)
Baterai yang rusak atau bocor ganti dengan baterai yang
baru.
Gambar. 26 Kondisi baterai rusak.
Gambar. 27 Kondisi baterai baru.
e)
Perbaiki dan bersihkan pengikat klem yang kendor atau
barkarat.
Gambar. 28 Pemeriksaan kondisi klem baterai.
f)
Bersihkan dudukan baterai.
Gambar. 29 Pemeriksaan dudukan baterai.
g)
Periksa kotak baterai, apabila kotor bersihkan
menggunakan air.
h)
Periksa volume elektrolit, dengan cara meletakkan
baterai pda tempat yang rata dan periksa elektrolit pada batas upper dan lower.
Jika di bawah lower atau pada psisi lower tambahkan air suling.
Gambar. 30 Pemeriksaan volume elektrolit.
i)
Periksa lubag penguapan udara pada tutup baterai, tiup
lubang pengiuapan udara menggunakan udara bertekanan.
Gambar. 31 Pemeriksaan tutup baterai dari kotoran / debu.
j)
Periksa berat jenis elektrolit mengguakan hydrometer,
berat jenis standard pada suhu 20˚ adalah 1,25-1,27.
Gambar. 32 Pemeriksaan berat jenis baterai.
Catatan:
Barat jenis standard pada suhu 20˚ adalah sebaga berikut:
§
1250 – 1270 (baterai dengan berat jenis nominal
1260).
§
1270 – 1290 (baterai dengan berat jenis nominal
1280).
§
Apabila berat jenis kurang dari standard, caa
mengantasinya adalah dengan cara dicharge / dicas.
Gambar. 33 Pengecasan baterai.
§
Apabila berat jenis melebihi standard, cara
mengatasinya adalah dengan cara di tambah air suling agar berat jenis
berkurang.
k)
Periksa kapasitas baterai dengan menggunakan
multitester, tegangan standard adalah 12,6 volt.
Gambar. 34 Menempatkan selector pada 50 DCV.
Gambar. 25 Penempatan terminal multitester dengan terminal baterai.
Gambar. 26 Hasil pengukuran kapasitas baterai.
Kondisi pengisian
baterai
|
Volt meter
(beda polaritas)
|
100%
|
12,6 V
|
75%
|
12,4 V
|
50%
|
12,1 V
|
25%
|
11,9 V
|
0%
|
Dibawah 11,9 V
|
Sumber:yuasa batteries
|
Tabel. 3 Hasil pengukuran kapasitas baterai.
2)
Busi
a)
Lepas busi dari dudukannya dan usahakan jangan sampai
kotoran masuk, untuk mencegahnya dapat di lakukan dengan cara menutup lubang
busi menggunakan kain bersih.
Gambar. 27 Membersihkan rongga busi menggunakan udara
bertekanan.
Gambar. 28 Pemeriksaan ulir-ulir pada busi.
d)
Periksa keausan dan warna busi, apabila warna busi abu
abu muda berarti pembakarannya baik, bila warna busi putih berarti mesin
terlalu panas, bila warna busi hitam berarti minyak pelumas ikut terbakar, bila
warna busi hitam kering berarti campuran bahan bakar terlalu kaya.
e)
Periksa keadaan elektroda apakah ada endapan atau
tidak.
f)
Periksalah celah busi menggunakan fuller gauge, hasil
pengukuran standard adalah 0,8 mm.
Gambar. 29 Pemeriksaan celah busi.
Catatan:
§
Jangan menggunakan alat pembersih busi lebih
lama dari yang di perlukan.
3)
Pemeriksaan kabel tegangan tinggi
a)
Periksa tahanan kabel-kabel tegangan tinggi, periksa
antara terminal-terminal tahanan dari tiap-tiap kabel. Tahanan standard kurang dari 25Ω.
Gambar. 30 Pemeriksaan kabel tegangan tinggi.
b)
Bila terminal kabel busi terlalu longgar ketika di
pasang pada terminal busi, maka perbaiki terminal kabel tegangan tinggi
menggunakan tang jepit.
Gambar. 31 Memeriksa kelongaran pada terminal kabel
tegangan tinggi.
4)
Distributor
Gambar 32 pemeriksaan tutup distributor.
Gambar. 33 Pemeriksaan keretakakan rotor.
Catatan: jangan menggosok ujung rotor dengan amplas.
c)
Periksa godvernoor advancer dengan cara memutar rotor
searah jarum jam dan kemudian lepas rotor, maka rotor akan kembali.
Gambar. 34 Pemeriksaan sentrifugal advancer.
d)
Periksa selang vacuum advancer dengan cara menghisap
salah satu ujung dan ujung yang lainnya di tutup menggunakan jari.
Gambar. 35 Pemeriksaan selang vacuum advancer.
f)
Pemeriksaan oktan selector adalah dengan cara memutar
octan selector 1 kali searah jarum jam. Jadi setiap memutar 1 kali oktan
selector akan mengajukan pengapian 5˚
Gambar. 36 Pemeriksaan octan selector.
5)
Pemeriksaan ignation coil
Catatan: ignation coil ada beberapa macam namun prinsip kerjanya
sama yaitu:
§
Ignation coil tanpa resistor.
§ Ignation
coil dengan resistor, ignation coil dengan resistor ada
dua yaitu: internal resistor dan external resistor.
a)
Pemeriksaan primary coil
Pemeriksaan primary coil dengan cara menghubungkan terminal
positif ignatin coil dengan terminal negative ignation coil.
Tahanan primary coil standard adalah 1,3 – 1,6
Gambar. 37 Pemeriksaan primary coi
Gambar. 38 Hasil pengukuran primary coil.
b)
Pemeriksaa scondary coil
Pemeriksaa scondary coil adalah dengan cara menghubungkan
Terminal positif ignation coil dengan terminal yang ke busi.
Tahanan standard adalah 10,7 – 14,5 Ω
Gambar. 38 Pemeriksaan secondary coil.
Gambar. 39 Hasil pemeriksaan secondary coil.
6)
Pemeriksaan celah platina.
a)
Bersihkan platina dari kotoran atau minyak menggunakan
udara bertekanan.
Gambar. 40 Membersihkan platina menggunakan udara
bertekakan.
Gambar. 42 Kontak platina membuka penuh.
Gambar. 43 Pengukuran celah platina.
d)
Setelah celah sesuai kencangkan baut pengikat platina.
e)
Periksa posisi rotor pada saat top silinder 1 atau di
tandai dengan rotor mengarah ke busi No 2.
Gambar. 44 Rotor menghadap busi No 2.
f)
Pasang kabel busi dengan urutan 1 3 4 2.
b.
Pemeriksaan pada saat mesin hidup
1)
Pemeriksaan dweel agle (CDA).
Pemeriksaan dweel agle dilakukukan dengan cara menghubungkan
positif tachometer dengan terminal positif coil dan terminal
negative tachometer dengan terminal yang terdapat pada kondensor. Sudut
dweel standard adalah 46 – 58˚
Gambar . 46 hasil pemeriksaan dweel agle.
Catatan:
§
Dweel agle adalah sudut antara platina
mulai menutup sampai platina membuka penuh.
§
Pada saat melakukan tune up, periksalah CDAnya
karena apabila CDA terlalu besar coil akan panas dan apabila CDA terlalu kecil maka
kemagnetan yang timbul pada primary coil akan kecil dan induksi scondary
juga akan kecil.
§
Apabila CDA terlalu besar dari standard berarti
penyetean celah platina terlalu kecil (rapat).
§
Apabila CDA terlalu kecil dari standard berarti
penyetelan celah platinnya terlalu besar.
§
Apabila CDAnya berubah-ubah kemungkinan
disebabkan karena nok distributor aus, bantalan poros distributor rusak, atau
pegas platina rusak.
2)
Peemerikaan saat pengapian
a)
Tempatkan kabel sensor timing light pada kabel busi No
1.
Gambar. 47 Penempatan sensor timing light
pada busi No.1.
b)
Tekan tombol TL pada timing light.
Gambar. 48 Menekan tombol TL pada timing light.
c)
Arahkan pada puli pengukur timing ignation.
Gambar. 49 Mengarahkan timing light pada puli.
d) Apabila munculnya terlalu awal maka cara mengatasinya dengan cara memutar body distributor searah/berlawanan putaran rotor. Sudut pengapian standard adalah 8˚ sebelum TMA.
Gambar. 50 pengapian terlalau awal.
e)
Apabila pengapian muncul terlalu lambat maka cara
mengatasinya dengan cara memutar distributor searah/berlawanan putaran
rotor, sudut pengapian standard adalah 8˚ sebelum TMA.
Gambar. 51 pengapian terlambat.
f)
Apabila pengapian kurang tepat maka cara mengatasinya
dengan cara terlebih dahulu baut distributor dan kemudian memutarar
distributor, setelah pengapian tepat maka langkah terakhir adalah mengencangkan
baut distributor tersebut.
Catatan:
§
Sebelum pemeriksaan saat pengapian maka kita
harus memeriksa apakah posisi octan selector sudah standar, atau belum
bila belum lakukan penyetelan.
§
Periksa apakah putaran idle sudah memenuhi
syarat atau belum, bila belum lakukan penyetelan.
§
Pada saat pemeriksaan saat pengapian saringan udara harus terpasang.